Minggu, 13 September 2015

Darkness in the Light (part 1)

Drap.. drap.. drap.. Suara derap kaki menggema di telinga Sachia, sebenarnya apa yang telah terjadi padanya? Dimana semua orang, tidak adakah satupun yang mau menemaninya? Siapa dia, kenapa dia bisa berada di tempat yang amat gelap seperti ini? Dia takut, terlalu takut untuk menghadapi ini semua. Bisakah kau beri dia sedikit daripada cahayamu itu, dia hanya meminta sedikit. Kumohon, dia sangat memerlukan cahaya itu sekarang.
Cuit.. cuit.. cuit.. Nyanyian burung telah membangunkannya dari mimpi yang kelam, dimana tidak ada seberkas cahaya sedikit pun. Udara pagi sudah bisa menusuk tulang-tulangnya, untunglah aku memakai selimut yang cukup tebal. Dia melihat arlojinya, disana tepat menunjukkan pukul 07.00 pagi.
“Pagi?!” tanyanya tidak percaya.
Saat kesadarannya mulai pulih, Sachia segera mengetahui tempat ini. Syukurlah, dia sudah sampai di rumah. Ini adalah tempat yang tak asing lagi baginya, tapi siapa yang membawanya ke sini?
Sachia tersentak kaget, ketika tahu ada orang lain selain dia disini. Siapa perempuan ini, tapi sepertinya Sachia sangat kenal dengan perawakannya. Ya, rasanya dia sudah mengenalnya selama 10 tahun. Dia segera kembali menyegarkan ingatan, tapi sepertinya tidak mudah. Kepalanya seperti mau pecah, bila dia mengingatnya. Ada perasaan menganjal di dalam benaknya, tapi perasaan seperti apakah itu?
“Oh, kau sudah sadar rupanya,” katanya sambil mengucek mata ngantuknya.
“Iya,” jawab Sachia singkat. Sachia melihat seluruh tubuhnya, kenapa banyak perban putih membukus tubuhnya. Apa yang telah dia lakukan semalam, apakah dia terlibat dalam masalah?
“Maaf, aku lupa memperkenalkan diri dan juga memberitahumu. Hai, namaku Tan, Venansistar de Nicholerish Jeweliestha. Semalam kau tengah bersama pacarmu, tapi sepertinya kau dan pacarmu mendapat masalah. Kau berlari tidak melihat kanan-kiri, kemudian kau jadi seperti ini. Aku tidak tahu mengapa, tapi perasaanku mengatakan kalau kita pernah menjalin hubungan yang cukup lama. Jadi, aku berlari berusaha menyelamatkanmu dan akhirnya aku membawamu kesini. Aku sempat melihat identitasmu didalam dompet, karena tempatnya tidak terlalu jauh aku membawamu kesini.” jelasnya panjang lebar.
“Terima kasih. Kau baik sekali padaku dan telah merawatku, padahal kita sepertinya belum pernah saling mengenal,” kata Sachia sambil tersenyum.
“Kurasa juga begitu, tapi apa kau yakin dengan perkataanmu? Ah, keraguan ini membuatku semakin frustasi!” katanya sambil mengacak-acak rambut blondenya.
Sachia terkikik melihat tingkahnya yang seperti anak kecil, lucu sekali. Hah?! Apa yang sedang dia bicarakan, tidak biasanya dia mudah bergaul dengan orang lain. Tapi, perasaan apa ini? Jantungnya berkecamuk, dia tidak tahu yang harus aku lakukan sekarang.
“Hmm.." gumannya tak jelas.
"Kau belum makan, bagaimana kalau aku yang mebuat sarapan untukmu? Aku akan membuat makanan yang super lezat untukmu," kata perempuan itu menawarkan diri.
"Baiklah," jawab Sachia singkat.
"Nah, sekarang dimana dapurnya?" katanya sambil clingak-clinguk mencari dapur.
"Di sebelah sana, kau boleh menggunakannya sekarang!" kata Sachia sambil menunjuk ke timur laut tempat dapur berada. Cukup kecil, karena sebenarnya Sachia tidak pandai memasak.
Dapur yang istimewa, bersih dan juga wangi. Peralatannya di gantung dengan sangat rapih, dihiasi sedikit tanaman buatan dipadu dengan tembok putih yang megah, dan gaya vintage yang semakin membuatnya seperti dapur istana.
Nichole POV
Wow, aku belum pernah melihat dapur sebagus ini. Ah, aku jadi nggak rela memakainya karena saking bagusnya. Tapi, aku sudah berjanji untuk membuatnya makanan. Baiklah, aku rela melakukan apapun deminya walau nyawa taruhannya. Sekarang, aku akan membuat nasi goreng ayam dengan sedikit telur dan teh hangat sebagai pelengkapnya.
Aku melihat bahan-bahannya, ternyata cukup lengkap juga untuk seukuran anak kos yang tinggal sendirian di negera yang besar ini. Aku kasihan kepadanya, kenapa perempuan secantik dia tidak ada yang mau menemani?
Ah, itu bukan urusanku. Tapi, sebaiknya aku tanyakan setelah aku selesai membuat nasi goreng ini. Ternyata, membuat nasi goreng cukup sulit juga karena ini pertama kalinya aku memasak sepiring nasi goreng.
Normal POV
Nichole sedang asyik bekerja di dapur, sedangkan Sachia di tinggal sendiri di kamarnya oleh Nichole. Dia juga berusaha mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya, dia juga masih punya banyak pertanyaan untuk Nichole.
Sachia kemudian berusaha bangkit dari tempat tidur, dengan kekuatan seadanya dia bisa berdiri untuk beberapa saat. Ada saatnya untuk melakukan perubahan, dia sebenarnya tidak mau merepotkan orang lain apalagi dengan orang yang baru dikenalnya. Tapi, biarkan saja untuk sekali ini. Besok atau lusa atau beberapa hari kemudian dia tidak mau merepot oran lain lagi.
Sachia kemudian berjalan menuju dapur vintagenya dan mendapati perempuan berambut blonde sedang memasak, dia tersenyum lalu menghampirinya karena penasaran dengan apa yang sedang dibuatnya.
“Nich?”
“Eh?!”
“Oh, apa aku menggangumu?”
“Tidak, tidak sama sekali. Tapi, bukannya kau harusnya berada di kamar tidur dan bebaring. Kau ‘kan lagi sakit, jadi kau harusnya istirahat!” ceramahnya panjang lebar.
“Sssttt..” desisnya sambil membungkam mulut Nichole. “Aku tidak mau merepotkanmu, tapi kau malah memaksa untuk merepotkan diri untuku. Terima kasih, aku sangat berhutang padamu.”
“Tidak apa, aku senang direpotkan olehmu kok! Kalau begitu, bantu aku untuk menyiapkan bumbunya!”
“Baiklah! Oh, iya! Aku punya beberapa pertanyaan untukmu, bolehkah?”
“Silahkan, dengan senang hati! Kau pasti mau tanya siapa aku, kenapa aku bisa di rumahmu, kenapa aku mau menolongmu, siapa cowok yang bersamamu tadi malam, kenapa aku mau direpotkan olehmu, dan kenapa aku bisa tau yang mau kau tanyakan. Iya, ‘kan?”
“Dari mana kau tahu semua itu?”
“Dari mukamu, tertulis disana!”
“Oke, kau boleh memulai menjawabnya sekarang!”
“Pertama, aku adalah orang yang menolongmu saat kau mengalami insiden itu dan kau sudah tau namaku. Aku bersekolah di Formadent Senior High School, aku kelas 2K yang masih segar. Rumahku sejalur dengamu, tapi jauhan rumahku.” jawab Nichole panjang.
“Kemudian?” tanya Sachia serius.
“Kedua, aku bisa di rumahmu karena aku adalah orang yang menolongmu. Otomatis aku harus bertanggung jawab untukmu, masa’ aku meninggalkan putri kecil yang lemah tidak berdaya yang terluka di depan mataku?”
“Hei, aku tidak lemah tahu!” bentak Sachia sambil mendaratkan cubitan kecil di lengan panjangnya dan melotot.
“Aaww.. Sakit tahu, mau dilanjut nggak ini?”
“Maulah, teruskan ceritamu cewek sok tinggi!”
“Baiklah, putri lemah! Ketiga, aku mau menolongmu karena aku rasa aku adalah orang yang pantas untuk menolong putri lemah sepertimu dan tidak ada yang mau menolongmu sewaktu itu.”
“Hei, apa yang sedang kau lakukan? Nasi gorengmu nanti gosong, Nich!” teriak Sachia mengingatkan.
Ternyata memang benar, nasi gorengnya berubah menjadi lautan hitam alias gosong. Lalu, mereka mau makan apa kalau nasi gorengnya gosong? Ada-ada saja anak dua ini, ahahaa.
To Be Continue~

Minggu, 06 September 2015