Minggu, 07 Februari 2016

Moon of the Winter (part 1)

“Hei, tunggu aku!” teriaknya sambil mengikat tali sepatunya dengan cepat.

“Kau lama sekali, tidak biasanya kau lemot seperti ini. Ada apa, kau sakit?” kataku sambil mengecek keadaannya. Aku tidak mendapati suhu tubuhnya berubah ataupun wajah pucatnya, beginilah sifatnya yang paling aku tidak suka. Ia selalu membuatku tenang dan nyaman, tapi dia selalu menyembunyikan semuanya dariku.

“Tidak, aku baik-baik saja. Kau tidak usah khawatir, Glite.” jawabnya sambil tersenyum manis menatapku, siapapun pasti akan membalasnya begitu juga denganku. Tapi, beberapa menit kemudian dia menangis tanpa sebab.


“Kau kenapa, Jew?” tanyaku bingung.

“Maafkan aku, aku sungguh minta maaf. Seharusnya, ini tidak terjadi pada persahabatan kita. Mulai sekarang, kita tidak usah saling menyapa lagi, saling membalas senyum, apalagi kita saling memperbaiki hubungan. Kau boleh membenciku, tapi inilah yang terbaik bagi kita berdua. Kita nggak mau hubungan kita rusak lagi bukan, maka dari itu hubungan kita cukup sampai disini!” katanya bak artis profesional sambil menyeka air mata sembari berlalu dan meninggalkanku.

“Eh, apa yang kau .. , apa yang sebenarnya terjadi?” kataku dengan bingung,  sebelum pada akhirnya aku juga meninggal tempat itu.

***

“Ah, itu dia!” kata seorang wartawan.

“Dimana, dimana?” kata wartawan lainnya.

“Oh, aku melihatnya! Ayo, kita segera menghampirinya!”

“Ayo!”

“Queen, terimalah bunga ini sebagai tanda cintaku!”

“Tidak, kau milikku seorang!”

“Norak kamu, minggir!”

“Ah, kalian ribut saja!”

Wartawan dan para penggemarku langsung menyerbuku dengan seribu pertanyaan bak gula yang didatangi segrombolan semut, tapi pertanyaan itu seperti dengungan lebah di telingaku. Bukannya sombong, tapi Aku dikenal sebagai the queen of CHES dan Jew sebagai the majesty of CHES. Aku malas menjawabnya, kau tahu masih ada banyak pertanyaan yang aku mau tanyakan padanya.

Jabatan itu aku dapat ketika aku mendapat beasiswa penuh ke Jerman, meraih gelar sebagai artis pendatang baru dengan kepintaran melebihi Einstein, dan prestasiku dibidang seni musik. Sedangkan Jew ketika dia mendapat beberapa tawaran main film bersama artis ternama, menulis karya ilmiah yang dibantu olehku, prestasinya di olahraga bela diri dan tennis.

Dan tampaknya, Jew juga terjebak dalam kotak pandora bersamaku. Aku berusaha menolongnya, tapi dia berusaha menghindariku dengan motto “cepatlah pergi dari situ sebelum kau ditolong Gliters”.

***

“Hah~! Akhirnya, aku terlepas dari segrombolan wartawan pagi ini.” kataku sambil menghela napas, setelah 15 menit berada dalam kawasan perang.

“Eh, ada Ratu monyet! Sepertinya, kau kelelahan gara-gara wartawan tak jelasmu. Mau kubawakan susu hangat buatmu, ahahaha..” ejek salah satu siswa yang iri dengan jabatanku yang sekarang.

Biasanya, aku selalu ditolong oleh Jew tentang persoalan yang sepele ini. Tapi, untuk sementara waktu aku tidak bisa mendapat pertolongan itu. Aku dengan sinisnya menatap mereka, pagi-pagi sudah bikin orang naik darah.

“Oh, dimana pahlawan kesianganmu. Bukannya kau selalu ditolong olehnya, dasar lemah?!” katanya sambil menarik kerah bajuku dengan kasar dan bersiap untuk menghajarku.

“Hey, lepaskan tangan kotormu dari tubuhnya atau kau akan mendapat akibatnya!” kata Jew yang tiba-tiba bersiap mengeluarkan pukulan palunya.

“Ini dia yang kita tunggu-tunggu, pahlawan kesianganmu akhirnya datang! Kita jumpa nanti lagi, Queen! Urusan kita belum selasai, ingat itu!” kata mereka ketakutan dan segera melepas cengkramannya dari bajuku. Aku terlepas berkat Jew, tapi kenapa dia mau membantuku?

“Dasar pencundang! Makasih untuk sekali lagi, Jew!”

“Tidak, aku hanya akting! Bersikaplah seperti biasa, aku hanya tidak mau kau terluka gara-gara mereka mengharapkan kehadiranku!”

Deg.. Jew memang benar-benar mau aku pergi jauh dari hidup, bahkan persoalan begitu dia bisa-bisanya akting. Sahabat macam apa itu?!

***

Jewel POV

Maafkan aku, Glite! Sebenarnya, aku bertingkah selaknya sebagai sahabat sejati dan aku hanya tidak tahan melihatmu diganggu oleh anak lain selain aku. Aku mau menjaga persaanmu, tapi sepertinya aku keterlaluan untuk membuatmu ingin meledak karena tingkah lakuku. Maafkan aku, karena aku tidak bisa menjadi malaikat pelindungmu lagi. Aku mempunyai urusan di luar sana yang harus dilakukan, aku tidak bisa meninggalkan urusan itu.

Aku sebaiknya menjauh darimu, dengan begitu kau tidak akan menanggung semua rasa sakit itu. Terima kasih, kau sudah menyempatkan untuk peduli setiap waktu padaku. Jadwal kita sungguh padat, tapi kau tetap mau menemaniku untuk menjalankan itu semua. Padahal, aku sering absen untuk menyemangatimu. Entah itu sudah kesekian kalinya, tapi kau tetap memaksa untuk memberi dukungan padaku.

***

Kring.. kring.. kring.. Bel pulang sekolah pun berbunyi, saatnya kita semua melepas penat di kelas. Jew masih saja menjaga jarak dengan Gliters, itu ditunjukkan dengan sifat dan perilaku Jew yang memang mau menjauhi Jew.

Aku terus berpikir, kenapa dia seperti itu hari ini? Apa salahku, sepertinya aku tidak membuat salah hari ini? Apa aku salah bicara padanya, tapi sepertinya dia mengetahui sifatku yang ceplas-ceplos?  Apa aku menyinggung perasaannya, tapi kelihatannya tidak seperti itu?

Jew apapun yang kau sembunyikan dariku, aku pasti akan mencari tau. Kau hanya perlu bersabar, sampai aku menemukan jawaban dari keraguan ini.

***

Ketika aku melihat Jew, aku langsung membututinya dari belakang dan tentu saja pakai penyamaran yang lengkap. Aku sudah menyiapkan kacamata hitam, syal yang serasi, dan topi yang bisa menutupi wajahku.

“Pokoknya, aku harus mencari tau apa sebabnya dia menjauhiku! Tidak akan kubiarkan dia merusak hubungan kita! Awas saja nanti, semuanya akan terungkap dalam sekejap! Hoho..”

Aku sedang asyik tertawa licik, tapi sepertinya Jew menyadari kehadiranku. Dia langsung cepat-cepat pergi dari situ, kemudia dia mencegat taksi. Aku tidak mau kalah dengannya, oleh karena itu aku juga mencegat taksi yang berikutnya.

“Ayo, Pak! Kejar taksi yang di depan itu, ya! Akan kubayar 5.000 won, asal bapak bisa mengejarnya dan memberhentikan taksi itu. Oke?”

“Baiklah, apa pun yang kau minta nona manis!”

Dia segera menancap gasnya untuk mengejar taksi yang ditumpangi Jew, sepertinya usahaku akan berhasil kali ini. Tunggu aku, Jew!

Akhirnya, taksi itu berhenti di dekat taman kota. Aku lega, karena aku bisa mengejarnya lebih mudah daripada harus memakai kendaraan. Aku juara olimpiade lari waktu SD, karena itu sepertinya aku bisa berlari lebih cepat untuk mengejar Jew. Aku membayar ongkos taksi, lalu bergegas untuk mengejarnya.

“Hey! Tunggu aku, Jew! Jew! Jewel, apakah kau mendengarkanku?” hardikku dengan keras sehingga Jew berhenti melangkah.

“Mau apa kau, ‘kan sudah aku bilang aku tidak mau bertemu denganmu lagi! Apa kau tidak dengar, apa jangan-jangan telingamu yang bermasalah?!”

“Hey, dengarkan baik-baik! Aku bisa mendengar sangat baik dan kupingku tidak bermasalah, mungkin kau salah menilaiku!”

“Lalu, untuk apa kau kesini?!”

“U, untuk mengejarmulah! Mau apalagi selain itu, haa?!”

“Kau ini benar-benar tuli, ya! Aku tidak mau kita berhubungan lagi, kau mengerti?!”

“Kalau aku tidak mau bagaimana, ‘kan kau tidak punya hak untuk melarangku!”

“Aku memang tidak punya hak, tapi aku tidak mau bertemu denganmu lagi!”

“Hey, bodoh! Apa sebabnya kau tidak mau bertemu denganku lagi, aku salah apa sampai kau tega untuk membentakku seperti ini?!”

“Jagan bilang aku bodoh, dasar bodoh! Memang kau siapaku, berani ngatur kehidupanku?! Suka-suka akulah, aku mau membentakmu ataupun aku tidak mau bertemu denganmu lagi yang menentukan juga aku sendiri.”

“Itu bukan jawaban yang logis, kau tidak bisa menyebut dirimu sebagai penulis karya ilmiah begengsi.”

“Cih, dasar keras kepala! Kau tak tahu bagaimana jadinya nanti, setelah kau berusaha untuk memperbaiki keadaan ini!”

Perang mulut pun dimulai, orang yang ada di sana semua menyaksikannya. Karena kita itu Qn. dan Mj., banyak wartawan juga berkumpul disana. Aku sudah muak dengannya, sebaiknya aku pergi daripada aku mendapat masalah yang lebih serius!

***

Pagi harinya, aku ke sekolah dengan wajah yang ditekuk. Aku malas bertemu dengannya, apalagi kita itu sekelas. Hah~, aku harus menahan emosiku sepanjang hari ini. Semoga, aku tidak mendapat insiden sama seperti kemarin. Tapi, aku beruntung karena dia tidak masuk hari ini karena sakit flu.

Berhari-hari lamanya, sampai dia mempunyai setumpuk pekerjaan rumah. Separah itukah flunya, aku menjadi cemas dengan keadaannya. Apa karena salahku kemarin, tapi masa’ flu separah itu. Apa mungkin aku harus ke rumahnya, tapi nanti mau ngomong apa? Ah, sudalah yang penting aku ke rumahnya dulu.

Tiba di rumah Jew, aku segera membunyikan bel pertama tapi tak ada jawaban. Bel kedua sampai bel kelima juga tidak ada jawaban, kemudian ada seorang yang memberitahuku bahwa Jew dan keluarganya sudah pindah ke New York. Aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya, aku pulang dengan baju kusut dan mata lembam.

Akun facebook, akun instagram, akun twitter, dan semua akun social medianya sepertinya sudah tidak aktif lagi. Yang terkahir aku lihat sekitar satu hari sebelum hari ini, ternyata semua itu sudah di blokir sama Jew sendiri. Kau kenapa Jew, aku salah apa?

Aku mempunyai pendapat, sebaiknya aku segera menyusul sekaligus menjenguknya ke sana. Tapi, aku harus memakai uangku sendiri untuk pergi kesana dan aku harus menabung!

***

8 tahun kemudian..

Ngung.. ngung.. ngung.. Suara pesawat yang sedari tadi bergantian berlalu mulai terdengar di telingaku, aku akan terbang ke New York dan menyusulnya. Dengan uang hasil melukisku dan tabunganku selama 8 tahun, akhirnya aku bisa terbang ke New York.

Dengan harapan bisa menemukannya selepas kepergianku, aku segera check in di pesawatku. Aku membawa sebuah koper yang cukup besar berwarna pink neon dan sebuah tas kecil selempang berwarna putih dengan beberapa pita dan manik-manik sebagai pemanisnya.

Untunglah, aku punya dua (satu wanita dan satu pria) orang assintant pelukis. Karena aku akan megunjungi kota yang jauh dari Inggris, tidak ada salahnya kalau aku menambah satu orang lagi sebagai assintantku. Kwon Shin Ah dan Zondiastha Eclare de Track, Shina hanya sebagai pengangkat barang bawaanku dan N’Re.

N’Re berperan sebagai assintant utamaku sekaligus teman curhatku, semua masalah kuceritakan kepadanya. Menurutku, dia adalah pendengar yang sangat baik bagiku. Dia juga sering menasehatiku dan memberi arahan tentang jadwalku yang sungguh padat, sehingga aku bisa mendapat cukup waktu untuk beristirahat. Ya, hitung-hitung sebagai pengganti orang itu di kala aku merindukannya.

Sampai pada waktunya aku akan meninggalkan Inggris untuk sementara, pesawat yang aku tumpangi akan segera berangkat. Baju wol leher panjang dengan dipadukan blazer hitam, serta jins panjang dan Nike Free 5.0 menghiasi tubuh indahku.

***

Sampai di New York, aku segera check in di hotel. Setelah menaruh barang bawaan di hotel, sepertinya aku butuh udara segar untuk mengilangkan kepenatanku selama aku berada di pesawat tadi dan tidak lupa untuk membawa perlengkapan melukis.

Salju turun dengan lembutnya, putih bersih tak bernoda. Sayang, seorang gadis yang penuh dengan pesona duduk tak ditemani siapapun. Aku hanya bisa melukisnya, karena aku tak kuasa melihat kecantikan gadis itu di dunia nyata. Ini untuk pertama kalinya aku melihat perempuan secantik dia dan aku hanya bisa melukisnya, untuk sementara biarlah seperti ini.

Aku adalah pelukis dari Inggris yang datang jauh-jauh ke New York hanya untuk mencari sensasi baru untuk karyaku yang berikutnya sekaligus untuk mencari orang itu, dengan berbekal cat warna dan soret bak pelukis handal aku siap melukis di pagi yang dingin ini.

Aku ingin sekali menemaninya, tapi mungkin dia keberatan kalau aku yang menemaninya. Aku kenal sekali dengan perawakannya, dia seperti sahabat dari kecilku di Inggris yang menghilang setelah kita mendapatkan insiden di SD. Aku dengar dari orang yang bertetangga dengan Jew, katanya dia pindah ke New York untuk beberapa saat sebelum pada akhirnya dia membuatku ikut mencarinya.
Aku hanya bisa menunggu dan hanya itu yang bisa aku lakukan, tapi dia tak kunjung datang dan memberiku semangat lagi. Dari situ, aku mulai berpikir kalau dia tidak mencintaiku lagi sepenuhnya. Masa depanku tidak ada artinya tanpa dia, karena dia adalah sumber dari kerja kerasku selama aku di sekolah. Dan dari situ juga, aku termotivasi untuk menjadi gadis muda yang sangat bersinar di dunia seni. Oleh karena itu, aku bisa mewujudkan impian untuk menyusulnya ke New York.

“Permisi, apa aku mengganggumu?” tanya N’Re.

“Oh, ternyata kau rupanya. Tak apa, bicaralah.”

“Aku kesini hanya untuk memberitahumu, bahwa hotel kita sudah siap.”

“Baiklah, tapi aku masih ingin di sini.”

“Sebelum itu, minulah kopi ini. Di sini sangat dingin, sebaiknya kita masuk.”

“Tak apa, aku ‘kan sudah dapat kopi hangat dan itu cukup untuk aku bertahan di sini untuk beberapa saat. Kau pasti capek, istirahatlah dulu di Hotel.”

“Ya, kau bisa jaga diri ‘kan?”

“Sudahlah, aku bukan anak kecil lagi.”

“Baiklah, aku pergi dulu.”

N’Re POV

Ah, mau apa dia pagi-pagi begini? Melukis, yang benar saja?! Di sini sangat dingin, masa’ dia tak merasakan angin ini mulai menusuk tulang-tulangku. Cih, dasar keras kepala! Hah~, untung aku waktu SMP pernah berada di New York untuk sementara. Yah, setidaknya bisa bertahan lama jika tidak ada kejadian itu.

Flashback, ON!

“What?! Kau bilang aku apa tadi, Re?!” tanya gadis itu marah.

“The queen bitch, so what?”

“Katakan sekali lagi, aku belum dengar!”

“Queen Bitch! Jelas?!” kata Re sambil mendorong tubuh gadis itu.

“What the hell, kamu ngajak aku berantem?! Baiklah, apapun keinginanmu saat ini!” kata gadis itu sambil menjambak rambut Re.

“Kyaah..” teriak Re sambil ikut menjambaknya.

“Stop, apa yang kalian lakukan pagi-pagi begini?”

“Bapak nggak usah ikut campur masalah kita, pergi sana!” bentak mereka berdua.

“Cukup, kalian berdua ikut bapak ke kantor!” kata kepala sekolah marah.

Mereka berdua diseret ke ruang waka kesiswaan, tapi untung saja tidak sampai serius karena merekalah yang telah membawa nama baik sekolah. Kepala sekolah pun hanya bisa mengampuni mereka, kalau saja mereka tidak hebat mereka akan di keluarkan pihak sekolah langsung hari itu juga.

Lusanya, waktu masih berputar seperti biasa. Tapi, apakah kalian tahu? Re diajak oleh kedua orang tuanya kembali ke negara asalnya, yaitu Inggris. Dia mau saja di ajak ke London, karena dia masih belum melupakan kejadian pahit itu. Akhirnya, dia terbang ke London dan memutuskan untuk menetap di sana. Ah~, semoga di London dia bisa melupakan kejadian pahit kemarin lusa. Dia hanya tak mau bertemu dengan gadis itu, hanya karena masalah sepele.

Flashback, OFF!


Mimpi buruk yang tak akan pernah terulang lagi, semoga saja tidak terulang. Sebernarnya aku tidak mau bertengkar dengannya, tapi dia telah merebut semua apa yang telah kumau. Ya, sepertinya aku iri melihat gadis itu dengan segala kesempurnaannya.

Figure in My Story

Profile My Figure Strory:

1.      Zhasylicius Chivittavecchia la Jewelistha
*    New York City, 18 December 1998
*    St. Patrick-Ancrouss 16A / B1-B3
*    001588655454
*    167 cm
*    46 kg
*    B type
*    Tiger / Sagitarius
*    Jewelshiners
*    @jewelist.HA (jew.HA@gmail.com)
*    Vokal, Lead Dancer, Main Rapper

2.      Venansistar Nicholeangel de Glitteriesh
*    New York City, 18 May 1998
*    Luxemburg-Eclusive XIIV B / C17-C19
*    001188751312
*    170 cm
*    49 kg
*    O type
*    Tiger / Taurus
*    Glitebomb
*    @glitterish.VNG (glite.VNG@gmail.com)
*    Vokal, Main Dancer, Lead Rapper

3.      Oei, Felishilia Stoomaily Tiaralinesha
*    San Fransisco, 18 February 1998
*    Bonjour-Ambera P16 / 18-20
*    001388553114
*    168 cm
*    47 kg
*    A type
*    Tiger / Aquarius
*    Triasure Airlines
*    @tiara_airlinesha (tiara_air@gmail.com)
*    Main Rapper, Lead Vokal

4.      Chelliangel Lincoln de Gygemasthice
*    Los Angels, 18 January 1998
*    St. Benard -Joelyn IXVI K / I20-I22
*    001488951357
*    169 cm
*    48 kg
*    AB type
*    Tiger / Capricon
*    Glowingem
*    @gygem_lincoln (gygem_lin@gmail.com)
*    Leader, Main Vokal

5.      Joshepine Winteranna Rossetha / Jung Euntan
*    Seoul, 18 August 1998
*    Melbourne-Vans IX C / 23-25
*    001988153121
*    166 cm
*    45 kg
*    O type
*    Tiger / Leo
*    Coldwinner
*    @winter.rosse (win.rosse@gmail.com)
*    Vokal, Lead Dancer

6.      Theresa Summerashane Lavenderishtie / Taniguchi Kurenai
*    Tokyo, 18 March 1998
*    Wonderland-John 19D / 12-14
*    001788357217
*    169 cm
*    48 kg
*    A type
*    Tiger / Pices
*    The Sumeone
*    @the.summerlaven (the.sum@gmail.com)
*    Lead Vokal, Main Dancer

7.      Blossompeacher Atumnvictory Amarylieshine / Choi Jangmi
*    Seoul, 18 April 1998
*    Richard-Alexis B17 / K45-47
*    001888254121
*    167 cm
*    46 kg
*    B type
*    Tiger / Aries
*    Beautumn
*    @autumnvic_pchr (amnvc_pchr@gmail.com)
*    Lead Rapper, Main Vokal

8.      Agatha Springingle Roxannorchid / Inoue Miyanoko
*     Tokyo, 18 July 1998
*     Thomas-Gerard VII H / N7-N9
*     001088451807
*     170 cm
*     49 kg
*     AB type
*     Tiger / Cancer
*     Jingle Spring
*     @springorchid_082 (sprngorc_082@gmail.com)
*     Lead Dancer, Main Vokal

9.      Zoemoonre Jannetthasmline / Huang Quanli
*    Hongkong, 18 October 1998
*    Bells-Holland XXIV / 39-41
*    001688853573
*    167 cm
*    46 kg
*    B type
*    Tiger / Libra
*    Jastmoon
*    @zoe.jasmine (z.jmn@gmail.com)
*    Vokal, Lead Rapper, Main Dancer

10. Haversticks Irennakimberly / Song Cialu
*    Hongkong, 18 November 1998
*    Darwin-South F17 / 63-65
*    001288058912
*    166 cm
*    45 kg
*    O type
*    Tiger / Scorpio
*    Heavenirenne
*    @harvestkim_93 (vestkim_93@gmail.com)
*    Main Vokal, Lead Dancer